Daur ulang aluminium merupakan proses di mana scrap dari logam ini dapat digunakan
kembali menjadi suatu produk. Proses yang digunakan sangat sederhana, yaitu
dengan cara melakukan re-melting
logam tersebut. Sekitar tahun 1900, proses recycle
Al masih sedikit dilakukan dan belum menghasilkan keuntungan yang besar,
dan proses ini mulai berkembang sekitar tahun 1968 ketika kaleng minuman yang
berasal dari logam aluminium mulai di daur ulang dan pada tahun 1972 sudah
sebesar 24.000 metrik ton kaleng minuman yang di daur ulang dan melonjak tajam
pada tahun 2006 yang mencapai 525.000 metrik ton. Proses daur ulang dari Al
memiliki beberapa keuntungan yaitu mengurangi konsumsi energy/energy savings di mana pada proses ini
hanya dibutuhkan 5 % dari energy pada saat pengolahan Al dari bijih bauksit.
Selain itu, dapat mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan pada saat proses
pengolahan Al dari bauksit, terutama mereduksi CO2 dan gas rumah
kaca seperti CF4, C2F6, dan PFC, sehingga
lebih ramah lingkungan.
Proses Daur Ulang Aluminium
Secara umum, proses daur ulang dari Al terlihat seperti
diagram alir di bawah ini:
1. Bahan Baku dan Cara Pengumpulannya
Terdapat dua jenis raw materials yang bisa digunakan pada
proses daur ulang aluminium, yaitu new
scrap dan old scrap. New scrap didapatkan pada saat proses
pengolahan aluminium dari bauksit. Di mana pada saat pemrosesan akan
menghasilkan aluminium by-product, seperti
skimmings dan dross pada saat proses pelelehan dan pengecoran, edge trimmings dan billet ends pada saat proses rolling
dan extruding, turnings, millings dan borings saat proses machining, serta off-cuts saat
proses stamping. Aluminium tersebut
disebut new scrap, karena dihasilkan
pada saat proses produksi pertama dan belum sampai pada tahap pemakaian oleh
konsumen. Selanjutnya adalah old scrap, di
mana dihasilkan dari aluminium yang telah dibeli oleh konsumen dan telah
digunakan dalam jangka waktu tertentu. Terdapat beberapa jangka waktu untuk
setiap produk aluminium, dari yang hanya beberapa minggu seperti untuk kemasan
makanan seperti kaleng, sampai untuk aplikasi yang sangat lama, seperti pada
aplikasi untuk frame kaca dan
bagian-bagian bangunan lainnya. Sehingga jika benda-benda tersebut tidak
digunakan kembali, dan menjadi aluminium old
scrap. Kemudian masing-masing material bekas tersebut dikumpulkan dan
dilakukan proses daur ulang untuk menghasilkan aluminium yang beru.
2. Perlakuan Bahan Baku
Scrap harus memiliki kualitas tertentu sebelum dilakukan proses
peleburan. Untuk mendapatkan kualitas yang baik, semua material yang menempel
harus dipisahkan dan dilakukan proses scrap
soritng berdasarkan tipe paduan dan kadarnya. Berdasarkan tipe srap, material yang berasal dari
produksi aluminium atau new scrap
langsung dipisahkan tanpa melalui proses treatment
khusus.
Setelah dibersihkan, scrap kemudian dicacah agar mudah
dilakukan penangan lebih lanjut dan dipisahkan berdasarkan tipe paduannya. Turnings akan dilakukan proses
penghilangan semua bahan-bahan pelekat, lalu dilakukan degreasing dan dikeringkan dan dipisahkan dari partikel-partikel
besi menggunakan separator magnetik. Scrap
yang berukuran besar seperti blok mesin, dilakukan pemisahan/fragmentasi dengan
tujuan untuk memisahkan dari material lainnya. Scrap jenis ini akan dimasukkan ke dalam furnace untuk memisahkan besi secara termal. Selain itu digunakan
alat high ternsion separator untuk
memisahkan Al dari pengotor berdasarkan sifat konduktifitas. Selain itu scrap dari bungkus makanan seperti
kaleng dapat dipisahkan dari komponen non-metalik dengan menggunakan pirolisis
untuk menguapkan pengotor tersebut. Lalu, aluminium skimmings biasanya akan dihancurkan dengan cara di-mill dan dipisahkan berdasarkan berat
jenis, dan aluminium oksida dapat dipisahkan dengan menggunakan proses sieving.
3. Pemisahan secara spesifik pada scrap berdasarkan unsur paduan
Sebelum
dimasukkan ke dalam furnace, aluminium
akan dipisahkan berdasarkan komposisi unsur paduannya agar didapatkan ketepatan
komposisi pada saat produk telah jadi. Pada proses ini telah dilakukan secara
komputerisasi sehingga lebih mudah dan efektif.
4. Peleburan
Pada saat peleburan akan
dicampur antara scrap hasil casting dan wrought yang telah dibersihkan dan disortir terlebih dahulu.
Pemilihan dapur berhubungan dengan konten oksida, tipe dari material pengotor,
dimensi dan geometri scrap, dan
kondisi saat operasi. Jenis dapur yang paling banyak digunakan adalah rotary furnace. Proses pelelehan
dilakukan pada suhu Tm dari Al yaitu sekitar 750 °C ± 100 °C dibawah lapisan
garam. Pada saat proses peleburan biasanya Al akan bereaksi dengan oksigen
membentuk Al2O3 dan menghasilkan aluminium dross, dan dapat digunakan untuk
industri semen. Namun dengan menggunakan garam pada saat peleburan dapat
mengurangi oksida yang terbentuk pada aluminium serta akan menghilangkan
pengotor pada liquid metal.
5.
Refining
Setelah melalui proses peleburan, Al akan melalui proses refining di mana
dilakukan di holding furnace. Proses ini
bertujuan untuk mengatur kadar paduan dan konsentrasi-nya serta untuk
menghilangkan pengotor dengan penambahan agen pemurni. Contohnya yaitu
ditambakan klorin untuk menghilankan elemen pengotor seperti Ca dan Mg dan
melakukan proses degassing pada metal
tersebut.
6. Pengecoran
Pengecoran
merupakan tahap akhir dari proses aluminium, di mana aluminium cair akan dicor
ke dalam ingots (4-25 Kg) dan
aluminium oksida yang terperangkap dilakukan pemisahan saat proses pengecoran.
Selain dicor, aluminium cair dijadikan produk wrought, di mana dimasukkan ke dalam ekstrusi untuk menjadi billets dan di rol dan menjadi slabs, yang dilanjutkan dengan proses
perlakuan panas.
Gambar 2 Produk Hasil Daur Ulang Aluminium |
Produk yang dihasilkan dari proses ini sangat beraneka
ragam. Produk yang dihasilkan bisa sama dengan sebelum didaur ulang seperti
untuk bingkai jendela, ataupun menjadi produk yang berbeda seperti cylinder head menjadi gearbox.
Referensi
[1] Aluminium Recycling The Road to High Quality Product.
Organization of European Aluminium Refiners and Remelters.
[2] Boin, U.M.J. M. Betram. 2005. Melting Standardized
Aluminium Scrap: A Mass Balance Model For Eurepe. JOM
[5]
http://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=7920#4
3 komentar
offers a platform for advertising and lead generation for both online and offline businesses. Sydney Scrap Prices
Pemanggangan bersifat eksoterm sehingga setelah pemanggangan dimulai tidak perlu ditambahkan panas lagi. Untuk memperoleh logam tembaga dilakukan dengan cara reduksi tembaga oksida dengan karbon sebagai reduktor: jasa beli limbah jasa penulis artikel
Pada saat peleburan akan dicampur antara scrap hasil casting dan wrought yang telah dibersihkan dan disortir terlebih dahulu. Pemilihan dapur berhubungan dengan konten oksida, tipe dari material pengotor, dimensi dan geometri scrap, dan kondisi saat operasi. Jenis dapur yang paling banyak digunakan adalah rotary furnace. Proses pelelehan dilakukan pada suhu Tm dari Al yaitu sekitar 750 °C ± 100 °C dibawah lapisan garam. Pada saat proses peleburan biasanya Al akan bereaksi dengan oksigen membentuk Al2O3 dan menghasilkan aluminium dross, dan dapat digunakan untuk industri semen. Namun dengan menggunakan garam pada saat peleburan dapat mengurangi oksida yang terbentuk Jasa Penulis Artikel pabrik penerima limbah kardus
Silahkan Beri Komentar Saudara...