Definisi Smelting Reduction
Smelting
Reduction (SR) secara general berati proses peleburan
melibatkan reaksi reduksi kimia. Dan untuk istilah tertentu SR dapat diartikan
sebagai kumpulan dari proses, yang memproduksi logam cair panas dari bijih besi
tanpa menggunakan kokas sebagai pereduksi. Teknologi SR melibatkan baik dari solid-state reduction dan peleburan.
I. Prinsip dan Keuntungan Proses Smelting Reduction
Teknologi SR secara umum
terdiri dari dua bejana atau dua zona, yaitu zona pre-reduksi dan bejana Smelting Reduction. Walaupun bejana yang
benar-benar terpisah tidak terlalu diperlukan dalam teknologi ini. Berikut
adalah diagram prinsip teknologi SR
Proses Smelting Reduction |
Batubara di umpankan ke
bejana Smelting Reduction dimana akan
terjadi gasifikasi, proses ini mengantarkan panas dan gas panas yang mengandung
karbon monoksida. Karbon monoksida yang direduksi menjadi karbon dioksida puan
akan menghasilkan panas yang digunakan untuk meleburkan besi di bejana Smelting Reduction. Gas panas dialirkan
ke bejana pre-reduction untuk membentuk oksida besi-prareduksi(pada solid
state). Lalu besi prareduksi ini dipindahkan ke bejana Smelting Reduction untuk tahap akhir. Hasil dari proses ini akan
menghasilkan produk yang mirip dengan DRI (Direct
Reduction Iron).
Keuntungan dari proses ini adalah
(dibandingkan Blast furnace):
1. Tidak digunakan cokes (cooking
coal) yang relatif langka dan mahal. Proses ini dapat
menggunakan steaming coal yang persediaannya masih banyak di Indonesia, dan
dikatakan lebih ramah lingkungan.
2. Aglomerasi dari biji besi pun
tidak digunakan dalam proses ini, karena menggunakan peleburan dari biji besi.
3. Tidak ada pembentukan cohesive zone,temperatur yang digunakan
pada reaksi tinggi sehingga tidak terjadi penggumpalan.
Jenis-jenis Proses Smelting Reduction
Proses yang sudah digunakan:
1.
Melter-gasifier (Corex, Finex)
2.
Iron bath reactor (Hismelt)
Proses yang sedang dikembangkan:
·
DIOS (Direct Iron Ore Smelting Reduction), Jepang
·
AISI-DOE, USA
·
Romelt, Rusia
·
IFCON, Afrika Selatan
·
CCF (Cyclone Converter Furnace), Italia-Dutch
·
Ausiron dan Hlsmelt, Australia
·
TECNORED, Brazil
Corex Smelting Reduction
Proses Corex merupakan proses Smelting Reduction yang paling komersil dan
menghasilkan molten iron dalam skala besar (dengan kapasitas 1000
thm/days, berdasar pada Germany Ministry of Research + Technology Austrian
Research Promotion Foundation). Untuk skema proses dapat dilihat pada gambar
dibawah:
Proses ini menggunakan dua reaktor
terpisah yaitu reduction shaft dan melter-gasifier.
Batubara dimasukkan ke tungku dari melter-gasifier
dan diubah menjadi arang pada suhu 1100-11500C.
Oksigen ditiupkan ke melter-gasifier dan menghasilkan gas
yang tereduksi hasil gasifikasi batubara. Gas ini (mendekati 95% CO + H2
dan 3% CO2), setelah pendinginan sekitar 800-8500C lalu
partikel debu/dust dihilangkan, gas
tersebut dimasukkan ke dalam reduction
shaft , dimana terdiri dari lump
ores, pelet atau sinter direduksi menjadi sponge iron. sponge iron ini
lalu diekstraksi dari reduction shaft oleh konveyor dan dimasukkan ke dalam melter-gasifier, dimana terjadi
peleburan.
Proses selanjutnya dari hot metal sama seperti blast furnace. Dan kualitasnya pun mirip
dengan BF. Dapat juga ditambahkan limestone untuk menambah tingkat basa dari
terak dan dapat menghilangkan sulfur dari hot metal.
Pada reduction shaft, proses metalisasi mencapai 70-90%, yang dapat
dipengaruhi oleh:
·
Jumlah dan kualitas dari reduksi
gas, terutama % CO dan H2.
·
Temperatur dari proses reduksi
gas.
·
Ukuran partikel dan distribusinya.
Keuntungan dari proses
corex adalah dapat mengurangi biaya
investasi jika dibandingkan dengan tanur tinggi pada proses pembuatan baja konvensional, menurunkan biaya
produksi 15-25%
dibandingkan dengan tanur tiup, dapat menggunakan berbagai bijih besi dan
batubara termal, mengurangi CO2
yang dihasilkan sampai 45% jika digunakan dengan efisiensi dan teknologi
terbaru.
Prospek Smelting Reduction di Indonesia
Harga gas alam dan pelet bijih besi
yang digunakan untuk reaktor HyL3 di PT. Krakatu steel, semakin meningkat dan
menimbulkan cost production yang
besar. Penggunaan tanur tiup yang sudah banyak digunakan di beberapa negara pun
masih kurang cocok jika digunakan di Indonesia, mengingat ketersediaan sumber
cokes di Indonesia pun sangat minim. Ditemukan sumber coaking coal di daerah Kalimantan Tengah. Namun kuasa
eksploitasinya sudah dibawah BHP Bilton. Pilihan untuk mengimpor bahan tersebut
patut dipertimbangkan lagi, kembali lagi karena menimbulkan cost production yang besar, dan dapat
mengurangi daya saing jika harganya menjadi lebih mahal.
Teknologi SR menggunakan coal (steaming
coal) yang banyak tersedia di Indonesia. Bahkan pada tahun 2005 pun Indonesia sudah
dapat memproduksi 150 juta ton batubara, yang sayangnya masih banyak digunakan
untuk keperluan ekspor, dibandingkan sebagai sumber energi bagi industri dan
manufaktur di dalam negeri. Padahal Indonesia mempunyai potensi yang besar
dalam produksi besi baja, mengingat sumber daya bijih besi yang bisa dibilang
agak melimpah jumlahnya. Apalagi banyak
tempat penambangan batu bara yang berdekatan dengan penambangan bijih besi, hal
ini dapat mengurangi cost production dengan
jumlah agak signifikan. Dan dapat disimpulkan, penggunaan smelting reduction dalam pengolahan besi di Indonesia dapat menjadi
prospek yang baik dalam perkembangan industri dan manufaktur logam negara kita.
Daftar Pustaka
[1] isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/212063136.pdf
[2] http://www.djmbp.esdm.go.id
[3] igitur-archive.library.uu.nl/dissertations/1970148/c6.pdf
0 komentar
Silahkan Beri Komentar Saudara...